Sering perhatiin kamu dulu, liatin kamu waktu lewat koridor sekolah.
Suka bertanya siapa gerangan namamu wahai kakak kelasku. Siapalah aku saat itu?
Hanya gadis pemalu yg pandai menyimpan perasaan kagumnya pada seseorang. Aku
tak pernah berani menyapamu. Aku penakut. Aku tau aku payah.
Kamu dikantin,
aku dikantin. Kita bersebelahan tapi tak pernah ada tegur sapa. Tak pernah ada
permulaan percakapan. Aku terlalu takut memulainya terlebih dahulu. Aku takut
salah, aku takut malah membuatku terlihat tampak bodoh didepanmu.
Faktanya, satu
sekolah bukan berarti kita dapat saling mengenal satu sama lain bukan? Nyatanya
sampai detik ini aku tak tau siapa
namamu kakak kelas. Atau lagi-lagi aku yg bodoh karna tak berusaha mencari
tahunya dan membiarkan kepenasaran ini mengiang diotakku.
Kamu pandai
memainkan bola dikaki mu itu, menggiringnya, membawanya bagaikan kemelesatan
angin saat menyentuh seluruh tubuhku. Lagi-lagi kamu sanggup membuatku begitu
terpesona dengan semua yg kamu lakukan. Simple saja, karna aku memang sedang
tergila-gila padamu.
Ini hanya
ketertarikan sesaat bukan? Apa yg aku rasa? Bukankah wajar adik kelas mengagumi
kakak kelas dalam satu sekolahnya? Hanya mengagumi walaupun ingin tahu lebih
dalam tentangnya.
Nomer punggung
17.. diatasnya berjejer rentetan huruf capital yg membentuk sebuah nama.
akhirnya aku tau siapa nama kamu. Tanpa sadar senyum bahagia terlukis dalam
wajahku. Aku bahagia, aku bahagia walau kamu bahkan tak tahu selama ini itulah
yg aku cari; namamu.
Ketertarikan
sesaat kini berubah menjadi apa namanya? Aku tak tahu. Aku semakin ingin tahu
banyak tentang kamu. Siapa kamu, bagaimana kamu, semuanya tentang kamu. Aku
ingin dekat. Aku ingin tidak hanya aku yg mengenalmu. Aku ingin sebaliknya. Aku
ingin kita saling mengenal. Aku ingin tak ada lagi diam saat kita berada dalam
satu tempat. Aku ingin ada tegur sapa saat mata kita saling bertemu. Aku ingin
ada senyum saat padangan kita saling mengarah satu sama lain. Ini memang sudah
berubah, entahlah berubah menjadi apa.
Mengkorek semua
hal yg mungkin bisa bermanfaat untukku. Sampai akhirnya bisa mendapatkan nomer
handphone mu. Itu tidak mudah, semua hal memang butuh perjuangan.
Aku takut memulai
percakapan terlebih dahulu sekalipun di pesan singkat handphone ku. Aku terlalu
memikirkan sejuta hal yg mungkin terjadi. Ketakutan-ketakutanku semakin membuat
risau. Aku takut kamu tak membalas pesan singkatku. Aku takut dengan
pengabaianmu. Tapi banyak orang yg bilang kalau kita tak mencoba bagaimana kita
bisa tau hasilnya. Iya benar, tapi ini benar-benar membuat jantungku berarturan
tak menentu.
Kamu membalas
pesan singkat pertamaku. Betapa bahagianya aku saat itu, bahkan sampai bingung
harus membalas apalagi. Betapa bodohnya aku, mengetik kemudian menghapus kembali
rangkaian kata-kata yg sudah ku tulis karna merasa tak pantas dikirim dan
berfikir mungkin tidak akan dibalas. Aku harus pintar-pintar membuat percakapan
yg indah dan mudah dicerna olehnya. Agar dia nyaman dan mau membalas terus
pesan singkat dariku.
Seminggu merasa
bodoh dengan terus saling mengirim pesan singkat dengan mu. bersama debaran
jantung yg tak kunjung reda setiap bunyi handphone dan tertera namamu
dilayarnya. Aku sulit tidur, karna kita biasa memulai percakapan dengan tulisan
tulisan itu setiap habis petang hingga larut malam. Mungkin karna pagi hari
adalah waktu kita untuk bersekolah.
Kepenasaranmu
terhadapku bertabrakan dengan ketakutanku bertemu denganku. Sedih, bagaimana
bisa aku yg begitu lama mengenalmu, memperhatikanmu, bahkan berada disekitarmu,
tapi kamu tak tahu bagaimana rupaku saat ini? . oh iya memang siapalah aku?
Hanya adik kelas yg mengagumi kakak kelasnya.
Beberapa kali
kita merencanakan pertemuan disekolah, dan sebanyak beberapa itu juga aku
berhasil mengingkarinya. Aku belum siap, belum siap menerima semuanya. Aku
masih terlalu takut dan lagi-lagi berpersepsi sendiri. Padahal apa yg aku
fikirkan itu belum tentu benar dalam dunia nyata. Tapi aku tetap saja takut.
Yap, aku memang si penakut.
Masih disetiap
malam kita memulai percakapan indah dalam pesan singkat handphone
masing-masing. Aku nyaman, entah seperti itukah yg kamu rasakan juga? Atau
hanya dalam pesan singkat ini saja?
Dari pesan
singkat kita beralih ke akun social media. Aku men-follow twittermu dan kamu
men-follback akun twitterku. Dan dalam beberapa malam dalam pesan singkat kamu
selalu mengajakku untuk membalas mention-mention yg memang sengaja sudah kamu
tuju kepada akun twitterku. Aku senang, karna dengan begitu kedekatan ini tak
hanya kita yg tahu. Tapi melainkan followersku yg kebanyakan adalah
teman-temanku.
Sekarang aku
sudah berani mengucapkan kata selamat pagi dan mengirim pesan singkat itu
disetiap pagi untukmu. Walaupun responmu masih biasa, tapi ini kan bias
menunjukkan kalau aku memberikan perhatian lebih terhadapmu. Dan kini kita
memang sudah saling bertemu. Sudah saling tersenyum saat pandangan kita
bertemu, bertegur sapa saat kita berpapasan. Tak ada lagi diam, taka da lagi
hanya aku yg merasakan getaran ingin menyapamu. Semua sudah bisa kulakukan
bersamamu. Ini baru awal cerita kita bisa menjadi rentetan hal spekatakuler yg
ada di hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar