Rabu, 22 Agustus 2012

Untuk Kebahagiaan Kecil Yang Selalu Menjadi Kebahagiaan Besar


Dunia kita sama, bahkan jarak kita tak saling begitu berjauhan. Lantas apa yang membuat kita berpisah? Apa yang mebuat kita tak saling lagi bertemu seperti dulu?
Apa karena takdir? Atau karena keinginan kita untuk saling melupakan?
Aku tak pernah benar-benar ingin melupakanmu, melupakan setiap detik kebersamaanmu denganku. Bahkan aku masih saja mengingatnya, hingga kini, sejak empat tahun itu berlalu. Tak pernah ada yang bisa merubah ingatanku, tentang kamu dan semua yang kamu bawa ke kehidupanku. Aku merindukanmu.

          Jika mau kamu menguji semua ingatanku, akupun sanggup. Menginngat semuanya, entah kenangan manis atau pahit sekalipun. Saat dimana aku benar-benar ingin terus bersamamu.
Ingatkah kamu saat kita pertama kali berkenalan? Ini memang bukan perkenalan bahkan kita sama sekali tak pernah saling berkenalan. Sekali lagi mungkin ini yang dinamakan takdir. Saat itu kamu kehilangan ponsel mu, wajahmu terlihat panic dan aku ikut merasakan kepanikanmu. Saat itu rasa itu belum tumbuh.
Aku ingat bagaimana ekspresi wajahmu saat itu, kamu begitu ketakutan dan aku tak tahu harus membantu bagaimana. Yang bisa kulakukan hanya membuat mu tidak terlalu panic, agar kamu tenang dan bisa lebih mengingat semuanya.
Dan ternyata memang ponselmu tidak hilang, melainkan terbawa oleh salah satu temanmu. Aku tertawa begitu mendengar kabar itu esok paginya. Dasar kamu si ceroboh.
          Aku masih ingat jelas saat kita bersama-sama membantu membereskan ruang perpustakaan, kita saling mengoper buku-buku, kita saling tertawa dan bercanda bersama. Ada saja ulah lucu mu yang dapat membuat aku tertawa lepas. Dan disinilah rasa itu mulai tumbuh.
          Disnilah bagian dimana rasa it uterus menjalar dalam sel-sel bagian hatiku yang selalu menggebu apabila berdekatan dengan mu. Disini, dimana aku ingin terus dekat denganmu, mengenalmu, bersamamu. Dimana aku selalu bertindak bodoh jika berada didekatmu. Lucunya aku, saat itu cinta mulai tumbuh.
          Kamu dan aku semakin dekat. Semakin sering bercanda dan tertawa bersama. Saat itu letak ruang kelas mu dan ruang kelas ku berdekatan. Salah satu sahabat terbaikmu juga berada satu kelas denganku. Aku tau, ini metode untuk bisa terus bersamamu.

          Sepeda kuning itu milikmu. Alat transportasi untuk pergi kesekolah. Lucunya kamu saat mengendarai sepeda kuning itu. Dengan tubuh tinggi dan sepeda kuningmu bisa dikatakan tidak terlalu tinggi. Tapi itulah yang aku suka darimu, kamu apa adanya.
          Setiap pagi saat baru tiba disekolah, kerjaan bodoh ku adalah melihat kearah lapangan parkir, menjelajah setiap sudutnya, mencari-cari sebuah sepeda. Sepeda kuning. Sepeda kuning milikmu.
          Lalu bagaimana tahap kita bisa menjadi begitu dekat? Dengan begitu banyak kenangan yang sudah melampaui lebih dari batas. Sekali lagi, takdirlah yang mengatur semuanya.

          Saat kamu kesekolah tak lagi membawa sepeda kuningmu, aku khawatir karena pasti kamu berjalan kaki dari rumahmu sampai kesekolah. Letak rumahmu yang begitu jauh sanggup kau lampaui. Sekali lagi itu adalah alasan aku mencintaimu. Kamu selalu apa-adanya.
          Sampai saat dimana aku benar-benar  tidak tega harus melihatmu berjalan begitu jauh. Oh yaampun, mungkin cinta ini sudah tumbuh begitu dalam.
          Aku mengantarmu dengan sepeda motorku. Kita memang tidak berdua, melainkan bertiga. Aku, kamu, dan sahabatmu yang sudah menjadi temanku juga. Saat itu kamu yang mengendarai sepeda motorku .  aku bahagia karena bisa mengantarmu selamat sampai rumah. Walau sebenarnya aku tak ingin benar-benar cepat tiba dirumahmu. Karena aku ingin menikmati saat dimana kita bisa bersama.
          Tidak hanya sesekali, mungkin ada sekitar tiga kali aku mengantarmu. Dan ada bagian dimana kamu membawa sepeda motorku sedangkan aku mengikutimu dengan sepeda motor temanku, tentu saja bersama temanku juga. Aku ingat bagaimana tingkah konyolmu saat itu. Kamu benar-benar membuatku pusing. Kamu dan bercandaanmu yang aneh itu. Tapi aku senang, karena itu bagian dimana aku bisa terus bersamamu.
          Ingatkah kamu saat kamu menemani salah satu temanmu yang sedang pmenjalin kasih dengan sahabatku untuk mengantarnya kerumah ku? Betapa bodohnya kamu berjalan dari sekolah tanpa alas kaki. Bahkan kamu tidak sholat jum’at. Kamu dan caramu menyenangkan hatiku. Kamu memang berbeda. Dan itulah mengapa aku begitu mencintaimu.

          Hari valentine sebentar lagi tiba, aku membuatkanmu coklat dengan segenap hatiku. Aku menghiasnya, dan berharap kamu akan menyukainya. Aku menaruhnya dalam satu toples kecil berbentuk hati. Dan terus saja memikirkan bagaimana cara agar aku dapat memberikannya kepadamu.
          Aku berhasil memberikan coklat itu tepat hari dimana valentine jatuh. Kamu terlihat senang. Tapi aku tidak tahu apa itu arti sesungguhnya. Karena aku tak pernah dapat benar-benar membaca hatimu.

          Aku yang gak pernah bisa melihatmu susah atau bagaimanapun itu. Aku ingin selalu bisa membantumu. Saat itu aku membelikanmu pulsa, kamu marah padaku. Kamu tidak mengizinkan lagi aku melakukannya. Kamu bilang kamu gak pernah mau dibalang cowok matre. Dasar kamu, kamu memang berbeda. Dan itulah yang membuatku mencintaimu.
          Jam tangan yang pernah aku berikan padamu, apakah masih berfungsi? Masihkah kau kenakan? Masihkah berguna untukmu? Atau sudah kau buang dan lupakan begitu saja?. Saat itu kau juga tidak mau lagi aku belikan barang apapun. Kamu memang beda. That’s why I love you.

          Tiket nonton film itu masih aku simpan dengan baik. Masihkah kamu menyimpannya? Masihkah kamu mengingatnya? Mengingat semua kejadian disana?. Saat kamu aku belikan popcorn tapi malah kamu habiskan sebelum masuk kedalam ruangan. Dan cara teman-temanku agar aku dapat duduk bersebelahan denganmu. Oh yaampun, sesungguhnya aku tidak ingin benar-benar duduk berdekatan denganmu. Karena saat itulah aku menjadi manusia terbeku didunia ini.
Aku sengaja menaruh popcorn ku diantara selang tempat duduk kita. Agar kamu dapat ikut memakannya. Tapi dasar kamu. Kamu sama sekali tak mau menyentuh popcorn itu.
Ingatkah saat selesai menonton film itu kita banyak berdebat mengenai semua film?. saat itu kamu dan aku jadi bahan omongan teman-teman yang lain. Kamu dan aku. Mereka bilang kita jodoh, mereka bilang kita pantas bersama, mereka bilang ‘apakah kalian sudah bersama?’. Aku senang karena kamu sama sekali tak menepis semua perkataan mereka. Kamu malah tersenyum membalas semua ucapan mereka. Oh yaampun, inikah mimpi? Tapi sepertinya bukan.
Saat makan pun tiba. Lucunya kamu yang cepat-cepat membayar makanan pesanan mu agar aku tak perlu membayarnya. Kamu memang berbeda.
Aku benar-benar tidak ingin mengakhiri hari itu. Karena itulah hari dimana aku dapat bersama mu satu hari walaupun tidak penuh. Tapi bersama denganmu.itulah impianku selalu.

Aku terkena penyakit usus buntu. Salah satu sahabatku mengatakannya padamu. Dia bilang kalau aku dapat mati kapan saja dengan penyakit ini di tubuhku. Kamu terlihat panik saat itu. Aku senang karena kamu benar-benar mengkhawatirkanku.
Aku belum siap untuk mengangkat penyakit ini dalam tubuhku. tapi impianku, saat aku benar-benar siap melakukannya aku mau kamu ada. Kamu ada untuk memberikan semangat itu. Walaupun aku tau, kamu tak pernah benar-benar mencintaiku.

Ulang tahunmu yang ke 15 saat itu. Aku benar-benar mempersiapkannya. Benar-benar memperjuangkannya. Aku ingin menjadi sebuah hal yang benar-benar special saat bertambahnya usiamu.
Aku ingat sekali sampai terjatuh dengan sepede motorku karena terlalu terburu-buru menerjang hujan demi sampai ke tempat aku ingin membelikan hadiah untukmu. Entah, saat itu rasa sakitnya tidak begitu terasa karena aku harus segera bangkit dan meneruskan perjalanan. Hingga akhirnya aku sampai dan bisa membelikan ornament kecil berbentuk luffy once pieces. Masihkah luffy itu kau simpan? Masihkah mengingatkan mu padaku?.
Taukah kamu betapa bingungnya aku saat hari itu tiba, dan aku yang ingin menuju kerumahmu malah bertemu dengan mu dijalan. Aku bingung harus bagaimana. Aku meminta bantuan kepada teman-temanmu untuk menghubungimu dan menanyakan keberadaanmu.
Aku membawa kueh ulang tahun yang telah ku buat sendiri kehadapanmu dengan hati bercampur aduk. Sekali lagi, kau telah berhasil membuatku menjadi manusia terbeku didunia. Nyanyian ulang tahun itu. Lilin yang menyala. Sorakan riang dari teman- teman. Aku masih dapat mengingatnya. Masihkah kau mengingatnya?

Aku rindu masa – masa itu. Dimana setiap kali upacara bendera aku selalu mencari sosokmu diantara kerumunan murid. Dan akan tersnyum lega ketika melihatnya. Walau aku hanya dapat melihat bagian dari kepalamu. Aku bersyukur karena mencintai pria tinggi sepertimu. Itu dapat memudahkan ku dalam beberapa metode tertentu.
Aku rindu melihat mu. Aku rindu melihat lengan panjang mu berirama dengan kaki tinggi mu untuk menghasilkan permainan basket yang indah. Kapan aku bisa melihatmu lagi dari jendela kelasku? Tersenyum dan berkata dalam hati. “lihat dia, pria dengan bola basket ditangannya itu adalah orang yang paling ku cintai”.
Aku rindu menantimu lewat didepan kelasku, melihatmu dari jendela dan tersenyum sendiri. Ada kalanya, seorang sahabatku akan berteriak ke arahmu kalau aku mencarimu. Yaa.. aku memang selalu mencari mu. Karena kamu adalah alasanku. Alasanku untuk tetap hidup. Alasanku tak pernah merasa sakit. Alasanku untuk pergi kesekolah. Alasanku untuk jadi lebih baik. Alasanku untuk menjadi wanita seutuhnya. Kamu adalah alasanku, dan akan tetap begitu sampai empat tahun ini dan seterusnya.

Sampai sekarang memang masih sama. Aku masih amat sangat bahagia apabila ponselku berbunyi dan ternyata itu adalah pesan darimu. Aku masih ingin melompat, berguling, bahkan menari. Berarti masih kah cinta itu tumbuh?
Aku rindu mendengar suaramu di ponselku, karena sekarang aku tak mungkin bisa menghubungimu lagi. Kau sudah milik yang lain.
Aku tak pernah ingin bercerita bagaimana kau menyakiti ku, bagaimana kau membuatku menangis, bagaimana kau membuat ku terpuruk. Karena kau tak pernah benar-benar melakukan itu. Kau adalah pria terbaik yang pernah ku kenal.

Bagian perpisahan adalah hal yang paling aku takutkan. Tapi semua pasti terjadi. Oh yaampun, ingatkah kamu saat perpisahan sekolah? Kaki ku bengkak pada bagian tempurung kakinya. Itu disebabkan factor ketidak sengajaan. Tapi mungkin inilah yang dinamakan takdir.
Sahabat-sahabat ku memanggilmu, membodohimu agar kau mau datang kebagian penginapanku. Kau datang dengan muka terkejut. Aku malu, karena saat itu keadaanku sedang benar-benar tidak baik untuk dilihat. Kamu menghampiriku dan menanyakan apa yang terjadi padaku. Guru-guru yang menjelaskan. Sedangkan aku hanya bisa tertunduk malu. Kau memarahiku karena bertindak bodoh dan gegabah. Tapi itulah aku, si ceroboh yang malang. Makanya sudah kubilang, aku tak pernah bisa benar-benar bertahan hidup tanpa kau disisiku. Tapi kenyataannya kau memang tak pernah berada di sisiku.

Dan inilah akhir dari segalanya. Kita tak lagi satu sekolah. Tak lagi dapat bersama. Tak lagi pernah bertemu. Dan aku hanya bisa mengharapkan pesan singkatmu menghampiri ponselku.
Aku tak berdaya saat ini. Tak mampu hidup, tak mampu menggapai kebahagiaan. Tak adalagi alasan-alasan untuk tetap bangkit. Karena kau ‘alasan utama’ telah benar-benar pergi meninggalkanku.

Surat ini ku tulis untuk kamu, pangeran dalam dunia dongeng ku yang sampai sekarang tak pernah bisa aku miliki, yang sekarang tak lagi ku jumpai, yang sekarang hanya berada dalam ingatan masa lalu dan mimpi-mimpi terindah. Asalkan kau tetap berjanji untuk terus berada di dunia dongeng ini, mungkin saat itulah aku akan benar-benar merasa hidup.



Dari yang selalu menjadikanmu alasan

4 komentar: