Pria itu selalu mempermainkan semuanya, perasaan ini dan rasa ini. Dia
bagai petir yang membelah lautan, bagai gelombang yang menghantamkan setiap
sudut karang. Tapi aku telah terjatuh pada bagian terlemah yang ku punya, yaitu
mempercayainya.
Ku pikir dia benar cinta, ku kira dia benar
sayang. Ternyata itu semua hanya bualan semata. Hanya getiran dingin yang
keluar dari mulutnya. Bodohnya aku begitu percaya pada pria itu.
Seperti ada tali yang
terus saja mengikatku. Mengikat hatiku agar tak pernah bisa lari dari pria itu. Aku
terjebak.
Aku lelah, tapi aku tak dapat pergi. Aku menyayanginya dan ini lah
kebodohan ku. Bahkan ketika kata sayang yang terucap dari mulutnya tak hanya
tertuju padaku. Dan semua perhatiannya juga tak hanya ia tunjukkan padaku.
melainkan ke semuanya, semua wanita yang ia kenal dan dekat dengannya.
Aku sedih tak kala
melihat senyumnya tak hanya untukku. Aku mencoba untuk tak melihatnya. Tapi sialnya
pria itu selalu membagi sayang didepanku kepada semua wanita. Aku harus apa? Aku
bisa apa?
Haruskah aku pergi
meninggalkannya? Melupakannya? Agar tak ada lagi perih terluka seperti ini. Tapi
tak bisa. Bahkan aku tak tau ini apa.
Ketika pria itu mendekati sejuta wanita. Ketika itu pula aku semakin
menyayanginya. Dan ketika itu pula aku hancur.
Ini bodoh, gila dan
sebagainya. Katakanlah aku begitu. tapi kenyamanan adalah hal utama yang
membuatku tak akan meninggalkannya. Walau sedih tapi ini begitu rumit untuk
dimengerti.
Begitu banyak nasihat
keluar masuk begitu saja meliwati lubang telingaku. Tapi hati ini seakan
membeku. Aku tau pada akhirnya hanya aku yang akan terus tersakiti. Katakanlah ini
semua salahku dan aku yang akan menanggung semua pada akhirnya.
Luka ini setiap hari
semakin bertambah besar, tak pernah membaik semenjak kenal dengan pria itu. Aku
terluka karena menyukai pria yang tak memiliki hati. Oh yaampun apakah dia
jelmaan vampire layaknya Edward Cullen yang
juga tak memiliki hati? Tapi ku rasa Edward Cullen lebih baik darinya, karena
Edward hanya mencintai satu wanita. Edward hanya mengatakan satu kata sayang
kepada satu wanita. Tapi pria itu? Aku bahkan tak sanggup menghitung seberapa
banyak wanita yang mendengar ucapan sayangnya selain aku. Mungkin banyak. Banyak
sekali. Lebih banyak dari lubang di hati ini. Lebih banyak dari luka yang akan
segera ku terima karena mengetahuinya.
Aku tak ingin berharap
pada pria itu. Hanya hati ini yang sulit pergi meninggalkan pria itu. Ini seperti
imprint dalam novel twilight. Oh tidak, ini sama sekali tidak sama karena
yang merasakan cinta hanya satu pihak.
Bertahan dalam luka,
bertahan dalam pahit, bertahan dalam kepedihan. Aku terus bertahan. Karena tak
ada batas waktu yang terlampaui. Karena tak ada bel tanda kapan aku harus
berhenti. Ini bagaikan tidur diatas sebuah kasur berduri. Sakit tapi kita harus
bertahan agar tetap terasa nyaman. Dan aku tak tau sampai kapan ini akan
berlangsung.
Sekali lagi ini adalah kesalahanku yang tak mencoba pergi dan
memperbaiki semunya.